Minggu, 11 Maret 2018

Band yang dicekal pemerintah


Band yang dicekal pemerintah


Repost from www.kumparan.com

Melalui musik, para musisi bisa menuangkan segala keresahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, baik itu tentang percintaan, persahabatan, hingga keresahan terhadap para pemimpin bangsa yang kerap tidak memihak kepada rakyat kecil dan hanya mementingkan diri sendiri saja.


Beberapa musisi Tanah Air diketahui pernah mendapatkan pencekalan dari pemerintah karena menyelipkan kritik dan protes kepada penguasa melalui karya musik mereka.
1. Koes Bersaudara

Koes Bersaudara yang eksis sejak tahun 1960-an ini pernah dicekal oleh Presiden Soekarno. Mereka dianggap membawa budaya Barat lewat musik ke Indonesia. Padahal saat itu, Soekarno sendiri diketahui sangat menentang segala bentuk imperialisme, kolonialisme, dan kapitalisme.
Para personel Koes Bersaudara akhirnya dipenjara tanpa melalui proses pengadilan, setelah membawakan lagu-lagu dari musisi Barat seperti The Beatles dan Elvis Presley. Mereka mendekam di Penjara Glodok, Jakarta Barat, terhitung 29 Juni 1965.
Mereka harus merasakan dinginnya hidup di balik jeruji besi hanya karena sebuah karya musik. Tiga bulan setelahnya, tepatnya pada 9 September 1965, pemerintah akhirnya memutuskan untuk membebaskan mereka tanpa alasan yang jelas.

2. Bimbo


Sama seperti Koes Bersaudara, Bimbo juga merupakan grup musik yang terdiri dari tiga orang kakak-beradik, yakni Sam Bimbo, Acil Bimbo, dan Jaka Bimbo. Jika Koes Bersaudara mendapatkan pencekalan dari pemerintah Orde Lama, Bimbo dicekal pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Sebenarnya, karier Bimbo di industri musik Tanah Air cukup adem ayem. Namun, semua berubah saat mereka merilis lagu berjudul 'Tante Sun' yang diciptakan oleh Jaka. Lagu tersebut merupakan awal kritik terhadap rezim Orde Baru, dan mendapat sambutan positif bagi masyarakat. Sayangnya, pemerintah menganggap 'Tante Sun' sebagai sindiran bagi para istri pejabat yang berkuasa.
Lagu tersebut sempat menjadi lagu Marching Band Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam event nasional di Jakarta. Namun, lagu tersebut langsung dicekal oleh pemerintah pada rezim Orde Baru.

3. Iwan Fals




Sudah tak diragukan lagi jika Iwan Fals menjadi salah satu musisi yang berani 'melawan' pemerintah. Penyanyi berusia 56 tahun tersebut dikenal sering menyelipkan kritik sosial terhadap pemerintah lewat karya-karya yang diciptakannya.
Selama masa Orde Baru, acara konser Iwan banyak yang dilarang dan dibatalkan secara sepihak oleh pemerintah. Hal tersebut disebabkan karena lirik lagu-lagu Iwan dianggap bisa memancing kerusuhan masyarakat. Bahkan di tahun 1980-an, konsernya pernah disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik di arena tersebut.
Tak sampai di situ saja, pelantun lagu 'Bongkar' ini juga pernah ditahan oleh pihak kepolisian dan diinterogasi selama dua minggu hanya karena membawakan lagu 'Demokrasi Nasi' dan 'Mbak Tini' dalam sebuah konser di Pekanbaru, Riau. Selain itu, Iwan dan keluarganya juga sering mendapatkan teror karena sikapnya itu.
4. Slank


Slank merupakan salah satu band legendaris di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini. Pada 2008, Slank pernah digugat oleh DPR karena kala itu, mereka aktif mendukung KPK. Selaian itu, ada salah satu lagu Slank berjudul 'Gossip Jalanan' yang dituding menjadi salah satu bentuk penghinaan terhadap lembaga negara.
Meskipun kasus itu menghilang seiring berjalannya waktu, namun sejak kejadian tersebut Slank menjadi sulit mendapatkan izin untuk menggelar konser. Pihak kepolisian mengatakan alasan di balik pencekalan itu adalah karena penggemar Slank (Slankers) yang sangat fanatik dan kerap merusak fasilitas umum usai konser Slank digelar.
Oleh karena itu, Slank sempat menyambangi Mahkamah Konstitusi untuk mengadu tentang kejadian yang sering menimpa mereka tersebut.

5. Superman is Dead


Band punk rock asal Bali, Superman is Dead alias SID selama ini dikenal sebagai musisi yang peduli dengan lingkungan. Oleh karena itu, mereka memberikan dukungan penuh kepada gerakan Bali Tolak Reklamasi (BTR) yang diserukan oleh sebagian besar masyarakat Bali yang tak setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut.
Karena aksinya itu, SID merasa ditekan oleh oknum pemerintah dan pengusaha kaya karena menentang kebijakan yang mereka usulkan itu. Dan ketakukan SID selama ini menjadi nyata setelah konsernya di salah satu acara pentas seni SMA tahun 2016 dicekal oleh pemerintah.
Saat itu, banyak intel, aparat kepolisian, hingga tentara memenuhi lokasi konser untuk memastikan tak ada satu pun band atau penonton yang mengeluarkan suara atau memakai atribut dari BTR. Saat kejadian itu berlangsung, SID merasa seperti hidup di era Orde Baru, di mana kebebasan untuk berekspresi dikekang dan pembodohan dikekalkan.


























Kata Kunci Terkait
Blognya Yusuf Xetiawan
band punk rock Indonesia
outsider ladyrose slankers Indonesia



1 komentar: